RENUNGAN
DIRI DAN CITA-CITA
Setiap orang pasti memiliki harapan yang baik akan masa
depannya, selalu mendambakan masa depan yang cerah, sukses, bahagia dan tidak
kekurangan satu apapun. Demikian juga saya, sangat mendambakan hal yang
demikian. Inilah sekelumit tentang saya dan harapan-harapan di masa depan
nanti.
1.
Masa kecil dan hubungan dalam keluarga
Saya Refki Fernando dilahirkan di sebuah rumah bidan di
nagari tetangga kampung tempat saya menetap sekarang yaitu Padang Laweh 22
tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Maret 1991 dari pasangan Nasrial dan Nurlaili,
dan saya merupakan anak pertama dan terakhir dari pasangan ini. Dengan kata
lain saya merupakan anak tunggal, Tungga
Babeleang kalau kata sebuah judul lagu minang yang menurut saya cukup fenomenal
dikalangan masyarakat minang beberapa tahun terakhir. Sebagai seorang anak
tunggal, saya tidak luput dari pandangan orang-orang kebanyakan yang menganggap
bahwa anak tunggal itu merupakan anak manja yang semua keinginannya harus
dipenuhi segera oleh orang tuanya, semua keinginannya pasti dikabulkan. Namun
saya tidak terlalu menghiraukan anggapan tersebut, karena tidak semua anak
tunggal sama seperti anggapan masyarakat tersebut.
Semasa kecil saya dibesarkan dalam keluarga kecil yang
sederhana, dan saya rasa masa kecil saya cukup bahagia. Diberikan limpahan
kasih sayang oleh Ibu (Amak) yang sangat saya cintai dan kasih sayang dari
kakek, nenek, paman, dan bibi saya. Ketika membaca tulisan saya ini, mungkin
setiap orang yang membaca akan bertanya-tanya kenapa yang saya sebutkan dalam
tulisan ini hanya ibu, kakek, nenek, paman, dan bibi. Lalu kemana sang ayah? Ya
semenjak kecil saya memang dibesarkan oleh ibu saja, karena semenjak kecil saya
sudah ditinggalkan oleh ayah. Oleh karena itu saya tidak mendapatkan kasih
sayang seorang ayah dari kecil. Beda dengan teman-teman yang masa kecilnya
masih memilki orang tua yang lengkap. Akan tetapi saya merasa masa kecil saya
sudah cukup bahagia, walaupun dibesarkan tanpa kasih sayang seorang ayah karena
masih banyak orang di sekitar saya yang menyayangi dan selalu memberikan
bimbingan dan dukungan terhadap saya.
Sejak kecil saya diajarkan untuk hidup apa adanya, tidak
mengharapkan sesuatu selama hal tersebut tidak bisa untuk dicapai oleh
kemampuan yang dimiliki. Diajarkan bagaimana menjadi makhluk Tuhan yang taat, dengan
selalu mengajarkan kepada saya agar tidak pernah meninggalkan perintah shalat
karena shalat itu merupakan tiang atau pondasi agama, nah apabila tiang itu
kuat maka kuat juga lah ke imanan dan keislaman seseorang namun apabila pondasi
itu sendiri yang sudah tak kokoh maka iman dan islam seseorang tersebut juga
akan menjadi rapuh sehingga akan sangat mudah untuk dirobohkan. Sehingga saat
sekarang pun saya apabila saya meninggalkan shalat satu waktu saja saya akan
merasa ada saja yang kurang pada diri saya pada hari itu. Maka dari itu
sekarang saya selalu berusaha untuk menjaga shalat saya agar tidak ada yang
tertinggal satu waktupun. Sedari kecilpun saya sudah diajarkan untuk mengaji,
agar saya lebih dekat dengan Al-Qur’an yang sekarang sudah sangat jarang sekali
saya membacanya. Berawal dari ikut bersama sepupu ibu mengaji di surau, disana
saya diajarkan untuk membaca Al-Qur’an dimana pada waktu itu karena masih kecil
saya baru belajar membaca Al-Qur’an Iqro sampai pada waktu itu surat Alif biasa
disebutnya. Hal ini berjalan hingga bibi saya tadi khatam Qur’an disana,
setelah itu pun saya tidak ada mengaji di surau lagi hingga SD. Ketika SD saya
belajar kembali dengan seorang Guru Madrasah di kampung saya, dan itu pun tidak
berjalan lama karena ibu guru itu pindah tugas dan tidak mengajar lagi di
madrasah tersebut. Saya pun akhirnya kembali terhenti belajarnya, sampai pada
akhirnya saya masuk ke TPA Baiturrahim di Lurah, Jorong Koto Tinggi Pandai
Sikek. Di TPA ini lah saya akhirnya belajar sampai mengikuti khatam Qur’an dan
memperoleh ijazah mengaji walaupun sebenarnya saya belum sempat untuk
menamatkan membaca Al-Qur’an sampai ayat terakhir. Oleh sebab itu sekarang saya
bertekad agar sbelum saya dipanggil kembali oleh Allah SWT kepangkuanNya, saya
bisa minimal satu kali saja menamatkan membaca Al-Qur’an. Kedisiplinan menjalani
hidup dan menghargai waktu serta bagaimana menghargai orang lain disekitar juga
diajarkan kepada saya sedari kecil, oleh sebab itu juga sekarang saya selalu
berusaha untuk selalu menghargai orang lain baik itu lebih tua maupun lebih
muda daripada saya. Karena menurut saya semua orang di dunia ini sangat sangat
berhak untuk memperoleh penghargaan oleh orang lain terserah apakah dia itu
muda atau lebih tua daripada kita, laki-laki maupun perempuan karena semua
manusia itu sama derajatnya dihadapan Allah SWT hanya keimanan dan ketaqwaan
mereka lah yang membedakannya dari orang lainnya.
Saya menjalani pendidikan di TK Cempaka Putih, kemudian
melanjutkan ke SDN 07 Koto Tinggi Pandai Sikek, kemudian melanjutkan ke SMP 3
Sungai Pua. Selanjutnya saya melanjutkan pendidikan di SMA N 1 X Koto. Selama
masa pendidikan saya termasuk siswa yang cukup berprestasi diantaranya sewaktu
SD selalu masuk dua atau tiga besar, hanya beberapa kali waktu itu sempat turun
hingga lima besar, sempat juga memperoleh satu kali memperoleh peringkat
pertama di kelas. Kemudian pada waktu SMP pun saya selalu masuk tiga besar
ataupun dua besar, selanjutnya ketika SMA Alhamdulillah saya selalu menjadi
peringkat pertama di kelas mulai dari kelas X sampai tamat kelas XII. Hanya
satu kali saja waktu kelas XI semester pertama nilai saya sempat menurun
sehingga saya hanya menjadi nomor dua di kelas. Sama halnya dengan ketika saya
pertama kali memperoleh peringkat pertama di kelas X SMA saya merasa agak kaget
bahwa saya memperoleh peringkat pertama di kelas waktu itu, padahal menurut
saya ketika itu teman-teman sekelas saya pintar-pintar semua dan yang paling
lucunya lagi saya tidak hadir ketika pengambilan rapor pertama di SMA karena
saya lupa waktu pengambilan rapor waktu itu sehingga saya pun mengetahui saya
memperoleh peringkat pertama di kelas pertama kali dari teman-teman sekelas.
Begitu juga ketika pertama kali saya memperoleh juara dua di kelas XI semester
pertama itu, saya pun juga tidak dapat menyembunyikan kekagetan saya atas hasil
yang saya dapat sehingga saya pun merasa kecewa dengan hasil tersebut. Akan
tetapi dengan dukungan orang tua dan guru-guru di sekolah saya pun bangkit
kembali dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi, hingga akhirnya pada
semester dua kelas XI sampai saya menamatkan sekolah Alhamdulillah saya
memperoleh peringkat pertama kembali. Setelah tamat, saya melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi. Untuk masuk perguruan tinggi saya pernah mencoba
mendaftar melalui jalur PMDK, namun Tuhan berkata lain dan saya pun tidak lulus
lewat jalur tersebut. Saya pun sempat merasa kecewa, tetapi kekecewaan itu pun
hilang karena saya terpilih untuk mendapat beasiswa untuk mengikuti ujian masuk
perguruan tinggi atau yang lebih dikenal dengan BMU. Ketika mengisi formulir
pendaftaran BMU ini pun saya tidak terlalu berharap lagi, apakah mau lulus atau
tidak saya hanya memasrahkan nasib kepada yang maha pencipta. Sehingga ketika
mengisi formulir pun saya terkesan asal-asalan saja, yang kemudian menyebabkan
saya dipanggil kembali ke ruangan BK untuk memperbaiki pengisian formulir itu.
Tak lama setelah kejadian itu, saya dan teman-teman lain yang ikut mengisi formulir
BMU itu, dimana kami hanya terpilih tiga orang saja yaitu saya sendiri dari
jurusan IPS dan dua teman saya dari jurusan IPA. Ketika pengumuman itu saya
peroleh dari guru saya merasa sangat senang karena Alhamdulillah saya lulus,
akan tetapi teman saya yang dua orang tadi tidak lulus. Dengan BMU ini saya
tidak perlu membeli formulir lagi untuk mengikuti SNMPTN waktu itu, malahan
saya di beri uang saku sebesar Rp 250.000 untuk bekal selama mengikuti ujian
SNMPTN. Setelah lulus ujian masuk perguruan tinggi maka saya memperoleh Rp
2.500.000 lagi dengan rincian untuk biaya hidup dan uang kuliah selama satu
semester. Ketika mengikuti ujian masuk perguruan tinggi saya memilih jurusan
pendidikan bahasa Inggris sebagai pilihan pertama dan Teknologi Pendidikan
sebagai pilihan kedua. Saya memilih pendidikan bahasa Inggris karena sewaktu
SMA saya sangat suka dengan pelajaran bahasa Inggris, bahkan nilai bahasa
Inggris saya lebih tinggi daripada nilai bahasa Indonesia. Hal ini menyebabkan
saya ditertawakan oleh teman-teman, sampai salah seorang teman akrab saya
berkata seperti ini “Bahaso planet dapek
dek nyo , tapi bahaso nyo sorang indak do” , saya pun hanya bisa tersenyum
mendengar kata-kata teman saya itu bahkan hingga sekarang pun ketika saya
teringat dengan kata-kata teman saya tersebut saya pun tersenyum-senyum dibuatnya.
Selanjutnya saya memilih Teknologi Pendidikan karena pada waktu saya mencoba ikut
jalur PMDK saya membaca di buku panduannya bahwa jurusan Teknologi Pendidikan
ini berkaitan dengan TIK sehingga membuat saya tertarik untuk mengambil jurusan
ini, selain passing grade nya yang
tidak terlalu tinggi waktu itu dan saya merasa mampu untuk mencapainya.
Alhamdulillah saya pun lulus dan sekarang sudah kuliah di Teknologi Pendidikan
Universitas Negeri Padang.
Dalam keluarga sendiri saya termasuk anak yang tidak
penuntut, saya akan menerima apa saja yang diberikan orang tua, namun tetap
tergantung dengan kondisi, apabila bisa di diskusikan saya akan
mendiskusikannya terlebih dahulu dengan ibu saya, hal ini dikarenakan saya
tidak mau merepotkan orang tua saya, karena keluarga kami termasuk keluarga
sederhana yang bisa dibilang keluarga dengan pendapatan rata-rata. Saya
termasuk anak yang patuh dalam keluarga, tidak macam-macam, dan tidak pernah
juga mencari-cari masalah dengan orang lain.
2.
Saya dan pergaulan
Saya pribadi termasuk orang yang susah dalam menjalin
hubungan dengan orang yang baru dikenal, saya orangnya pendiam, tidak terlalu
pandai berbicara dihadapan orang banyak, kurang dalam berorganisasi walaupun
semasa sekolah dulu saya sering jadi ketua kelas dan notabene menjadi wakil
kelas di dalam organisasi sekolah namun itu masih sangat kurang bagi saya. Namun
seiring terjalinnya komunikasi saya adalah orang yang menyenangkan (kata
teman-teman sepergaulan saya). Memang saya akui, komunikasi awal dengan orang
yang pertama saya kenal sangat susah saya lakukan, hal ini dikarenakan saya
orangnya tidak terlalu suka berbicara jika tidak ada gunanya dan tidak pada
waktu yang tepat pula. Kalau sedang tidak ada pekerjaan misalnya tugas kuliah,
mungkin orang lain lebih memilih untuk jalan-jalan keluar rumah, namun saya
lebih akan memilih untuk berdiam diri dirumah, tidak melakukan pekerjaan,
menghibur diri dengan menonton TV, kata orang tua saya itulah sebabnya kenapa
saya tidak bisa melakukan komunikasi ringan dengan orang lain yang baru
dikenal.
Dalam memilih teman, sebenarnya saya tidak terlalu
pemilih, saya menerima berteman dengan siapa saja, tapi jika dalam pertemanan
itu hanya sebatas untuk memanfaatkan salah satu pihak, saya sangat membenci
pertemanan yang seperti itu, pertemanan ada saat senang dan susah, saat suka
dan duka, dan selama ini saya rasa saya sudah melakukan yang demikian. Setelah
seseorang berteman dengan saya maka saya akan mencoba untuk menerima dia apa adanya,
menghargai teman itu, bahkan apabila teman-teman itu membuat saya merasa kesal
dengan ulah mereka saya pun tidak bisa marah kepada mereka. Karena saya tidak
mau memperpanjang masalah dengan seseorang yang telah menjadi teman saya,
soalnya kalau dibiarkan masalah berlarut-larut maka bisa saja saya kehilangan
teman-teman saya itu. Jadi dari pada saya kehilangan teman lebih baik saya
memilih untuk lebih bersabar menghadapi tingkah laku teman-teman saya tersebut
dan itu sudah menjadi prinsip dalam diri saya.
Dalam pergaulan saya paling tidak ingin seseorang menjadi
susah karena ulah saya, serasa ada yang tidak enak di hati ini jika ada terjadi
yang demikian, saya akan meminta maaf kepada orang tersebut. Saya termasuk
orang yang loyal kepada pertemanan, selama saya mampu saya akan melakukan apa
saja yang diperlukan dalam pertemanan
tersebut, namun saya juga termasuk orang yang mudah terluka, jika terjadi
penghianatan terhadap pertemanan tersebut saya tidak segan-segan mengakhirinya
bahkan saya tidak akan mau kenal lagi dengan orang yang demikian, dan
Alhamdulillah saya belum pernah menemukan teman yang demikian. Dalam pergaulan
saya tidak suka mencari-cari masalah dengan orang lain, atau bahkan sampai
menyakiti hati orang lain karena saya memang tidak ingin bermasalah dengan
orang lain dan saya pun mudah terluka
hatinya atau dalam bahasa minang sering dibilang Paibo hati. Maka dari itu saya tidak ingin menyakiti hati orang
lain dan membuat masalah dengan orang tersebut. Saya selalu berusaha untuk
menghormati dan menghargai orang-orang disekitar saya, termasuk kepada
guru-guru saya dahulu walaupun saya tidak diajar oleh beliau lagi sekarang
namun saya tetap menghormati dan menghargai mereka karena tanpa mereka saya
bukanlah apa-apa. Mungkin sekarang saya tidak akan sesering dahulu lagi bertemu
dengan para guru saya, tetapi saya akan selalu mengingat mereka semua dan
apabila saya bertemu mungkin di jalan, di angkot, atau tempat umum lainnya saya
selalu berusaha minimal untuk sekedar menyapa dan melemparkan senyum kepada
mereka walaupun mungkin para guru saya itu sudah tidak ingat lagi dengan saya
karena banyaknya murid yang pernah beliau ajari.
3.
Saya dan pandangan terhadap kehidupan
Saya termasuk orang yang tidak neko-neko dengan kehidupan
yang dijalani, saya akan menjalani hidup apa adanya, tidak terlalu memiliki
obsesi yang lebih tinggi dari apa yang bisa saya lakukan di hari tersebut
mungkin terpengaruh pendidikan kesederhanaan yang diajarkan oleh orang tua.
Soal materi saya termasuk orang yang hemat tetapi kadang-kadang bisa juga
boros, namun saya tetap memperhitungkan kemana saja akan digunakan materi yang
ada. Apalagi pada zaman sekarang ini kalau kita tidak pandai-pandai dalam memanage uang yang kita miliki maka kita
tinggal menunggu saja lagi waktu "kebangkrutan" kita. Dalam kehidupan
zaman sekarang semuanya sudah serba canggih, perkembangan teknologi semakin
pesat saking canggih dan pesatnya kebanyakan orang sekarang sangat gila dengan
teknologi baru. “Orang bilang zaman ini
zaman edan” begitulah kehidupan di
zaman sekarang, apa-apanya selalu diukur dengan materi materi dan materi yang
berlimpah. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, dimana masih
banyak sekali orang kaya atau orang yang memiliki kelebihan daripada orang lain
yang menganggap remeh orang yang kurang dari mereka. Padahal kelebihan yang
mereka banggakan bukan lah milik mereka melainkan masih punya orang tuanya.
Sekarang banyak orang yang gila harta, buktinya kita
lihat saja kasus-kasus korupsi yang terjadi pada saat sekarang ini.
Pejabat-pejabat negara yang terhormat dengan sengaja ataupun tidak sengaja
melakukan hal yang sangat tercela ini. Tanpa berpikir panjang mereka
menggelapkan uang negara yang seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat ke
dalam kantong-kantong mereka sendiri. Lebih miris lagi kenyataan zaman sekarang
orang-orang yang melakukan hal tersebut hanya dihukum dengan hukuman yang
ringan bahkan tidak tersentuh hukum sedikitpun, beda dengan rakyat biasa
apabila melakukan kesalahan sedikit saja bisa dihukum seberat-beratnya. Bahkan
zaman sekarang banyak pekerja seni atau lebih kita kenal dengan sebutan artis
yang hanya menjual kontroversi saja agar menjadi terkenal, bukan karena
karya-karya yang dibuatnya. Berkoar-koar di media tentang kasus yang mereka
alami, saling melemparkan pernyataan, bahkan ada pula yang terang-terangan
bertengkar dan adu jotos dalam sebuah acara yang ditayangkan langsung di
televisi. Padahal mereka yang melakukan itu bukanlah orang yang tidak sekolah
tetapi mereka itu merupakan orang-orang terpelajar. Dalam kasus ini dapat saya
simpulkan bahwa kehidupan di zaman yang serba canggih sekarang ini rasa malu
itu sudah sangat menipis, bahkan boleh dikatakan hampir hilang ataupun tidak
ada lagi pada orang-orang tersebut.Gila memang, tapi mau apalagi sudah begitu
kejadiannya sudah tidak bisa diapa-apakan lagi. Semuanya kita kembalikan kepada
mereka yang berbuat, apakah mereka mau berubah kearah yang lebih baik atau
tidak sedangkan kita hanya dapat memberikan saran dan nasehat saja.
4.
Saya dan masa depan
Meskipun pada saya tidak terlalu menuntut dalam kehidupan
ini, namun dalam hidup ini saya harus mentargetkan apa-apa yang harus saya
capai dalam jangka pendek, dan apa yang harus saya capai dalam jangka panjang.
Saya meniginkan masa depan saya cerah, apa yang telah
direncanakan dapat tercapai, seperti: saya ingin menyelesaikan pendidikan di
perguruan tinggi sesegera mungkin, sebisa mungkin pada tahun 2014 nanti saya
sudah menamatkan S1 Teknologi Pendidikan saya dan mudah-mudahan target ini
tidak meleset aamiin ya rabbal alamin. Kemudian setelah wisuda dan semua urusan
di kampus selesai tidak jauh berbeda dengan teman-teman lainnya yaitu berusaha
untuk mencari pekerjaan terlebih dahulu. Nah sambil menunggu mendapat
pekerjaan, saya akan berwirausaha terlebih dahulu bersama dengan salah seorang
paman/mamak saya yaitu dengan mengembangkan usaha tenunan yang telah
dirintisnya. Disini saya akan belajar untuk menghasilkan tenunan/songket yang
lebih berkualitas, mengembangkan alat tenun yang nantinya akan lebih memudahkan
seseorang untuk menggunakannya dan tentu saja akan menghasilkan tenunan/songket
yang berkualitas, bagaimana mengulas benang, dan yang paling penting yang
selama ini kurang terperhatikan oleh mamak saya itu ialah bagaimana cara
memasarkan hasil tenunan atau songket yang berkualitas tadi agar hasil
penjualan meningkat. Selama ini ia hanya berpromosi dari mulut ke mulut saja,
untuk itu harus ditingkatkan lagi promosinya misalnya saja dengan membuatkan
blog khusus sebagai salah satu media untuk mempromosikan produk secara lebih
luas. Dimana selama ini paling jauh pemasaran dari tenun/songket yang dilakukan
baru sebatas kota padang, nah dengan promosi lewat blog tadi maka pemasaran
diharapkan akan menjadi lebih luas karena bisa diakses oleh orang dimana saja
dan kapan saja. Kemudian ketika saya sudah mendapatkan pekerjaan nantinya
urusan wirausaha tadi tidak akan begitu saja saya tinggalkan. Karena usaha yang
telah dirintis tak boleh begitu saja terhenti, saya akan berusaha membagi waktu
untuk pekerjaan dengan usaha saya nantinya. Untuk itu mungkin nanti saya tidak
akan mencari pekerjaan yang terlalu menyita waktu dan membatasi saya, misalnya
saja dengan menjadi guru ataupun tenaga pengajar lainnya sehingga waktu luang
saya masih banyak nantinya dan waktu luang itu dapat dipakai untuk mengurus
usaha yang dirintis tadi.
Setelah saya dapat memenuhi kebutuhan sendiri saya
berencana untuk membahagiakan orang tua, agak beda sedikit dengan niat
kebanyakan orang yang mana ia ingin memberangkatkan orang tua nya naik haji ke
Mekkah. Mungkin untuk hal itu pun saya juga menginginkannya, akan tetapi saya
juga harus realistis bahwa keinginan tersebut agak susah tercapai karena banyak
faktor yang mempengaruhinya seperti dananya yang besar, quota haji yang
dikurangi,belum lagi lama menunggu kita untuk dipanggil karena yang mendaftar
haji sangat banyak dan lainnya. Hal yang ingin saya lakukan ialah berkurban
atas nama orang tua saya, hal ini lah
yang paling realistis diwujudkan dalam waktu dekat setelah saya memiliki
penghasilan sendiri. Namun apabila saya diberi rezeki berlebih nanti, saya juga
ingin memberangkatkan orang tua saya naik haji atau minimal pergi umrah.Kemudian
tentu saja saya sangat ingin untuk melaksanakan Sunnah Rasul yaitu untuk
membina sebuah rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Saya akan membina
sebuah keluarga kecil dengan jumlah anak Insyaallah sesuai dengan anjuran
pemerintah yakni dua anak saja cukup.
1 komentar:
ini curhatan pertama juga deh kaya'nya yg diposting, sebelumnya g ada
Posting Komentar