Selasa, 10 Desember 2013

Sekilas Tentang Penulis


RENUNGAN DIRI DAN CITA-CITA
Setiap orang pasti memiliki harapan yang baik akan masa depannya, selalu mendambakan masa depan yang cerah, sukses, bahagia dan tidak kekurangan satu apapun. Demikian juga saya, sangat mendambakan hal yang demikian. Inilah sekelumit tentang saya dan harapan-harapan di masa depan nanti.
1.      Masa kecil dan hubungan dalam keluarga
Saya Refki Fernando dilahirkan di sebuah rumah bidan di nagari tetangga kampung tempat saya menetap sekarang yaitu Padang Laweh 22 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Maret 1991 dari pasangan Nasrial dan Nurlaili, dan saya merupakan anak pertama dan terakhir dari pasangan ini. Dengan kata lain saya merupakan anak tunggal, Tungga Babeleang kalau kata sebuah judul lagu minang yang menurut saya cukup fenomenal dikalangan masyarakat minang beberapa tahun terakhir. Sebagai seorang anak tunggal, saya tidak luput dari pandangan orang-orang kebanyakan yang menganggap bahwa anak tunggal itu merupakan anak manja yang semua keinginannya harus dipenuhi segera oleh orang tuanya, semua keinginannya pasti dikabulkan. Namun saya tidak terlalu menghiraukan anggapan tersebut, karena tidak semua anak tunggal sama seperti anggapan masyarakat tersebut.
Semasa kecil saya dibesarkan dalam keluarga kecil yang sederhana, dan saya rasa masa kecil saya cukup bahagia. Diberikan limpahan kasih sayang oleh Ibu (Amak) yang sangat saya cintai dan kasih sayang dari kakek, nenek, paman, dan bibi saya. Ketika membaca tulisan saya ini, mungkin setiap orang yang membaca akan bertanya-tanya kenapa yang saya sebutkan dalam tulisan ini hanya ibu, kakek, nenek, paman, dan bibi. Lalu kemana sang ayah? Ya semenjak kecil saya memang dibesarkan oleh ibu saja, karena semenjak kecil saya sudah ditinggalkan oleh ayah. Oleh karena itu saya tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah dari kecil. Beda dengan teman-teman yang masa kecilnya masih memilki orang tua yang lengkap. Akan tetapi saya merasa masa kecil saya sudah cukup bahagia, walaupun dibesarkan tanpa kasih sayang seorang ayah karena masih banyak orang di sekitar saya yang menyayangi dan selalu memberikan bimbingan dan dukungan terhadap saya.
Sejak kecil saya diajarkan untuk hidup apa adanya, tidak mengharapkan sesuatu selama hal tersebut tidak bisa untuk dicapai oleh kemampuan yang dimiliki. Diajarkan bagaimana menjadi makhluk Tuhan yang taat, dengan selalu mengajarkan kepada saya agar tidak pernah meninggalkan perintah shalat karena shalat itu merupakan tiang atau pondasi agama, nah apabila tiang itu kuat maka kuat juga lah ke imanan dan keislaman seseorang namun apabila pondasi itu sendiri yang sudah tak kokoh maka iman dan islam seseorang tersebut juga akan menjadi rapuh sehingga akan sangat mudah untuk dirobohkan. Sehingga saat sekarang pun saya apabila saya meninggalkan shalat satu waktu saja saya akan merasa ada saja yang kurang pada diri saya pada hari itu. Maka dari itu sekarang saya selalu berusaha untuk menjaga shalat saya agar tidak ada yang tertinggal satu waktupun. Sedari kecilpun saya sudah diajarkan untuk mengaji, agar saya lebih dekat dengan Al-Qur’an yang sekarang sudah sangat jarang sekali saya membacanya. Berawal dari ikut bersama sepupu ibu mengaji di surau, disana saya diajarkan untuk membaca Al-Qur’an dimana pada waktu itu karena masih kecil saya baru belajar membaca Al-Qur’an Iqro sampai pada waktu itu surat Alif biasa disebutnya. Hal ini berjalan hingga bibi saya tadi khatam Qur’an disana, setelah itu pun saya tidak ada mengaji di surau lagi hingga SD. Ketika SD saya belajar kembali dengan seorang Guru Madrasah di kampung saya, dan itu pun tidak berjalan lama karena ibu guru itu pindah tugas dan tidak mengajar lagi di madrasah tersebut. Saya pun akhirnya kembali terhenti belajarnya, sampai pada akhirnya saya masuk ke TPA Baiturrahim di Lurah, Jorong Koto Tinggi Pandai Sikek. Di TPA ini lah saya akhirnya belajar sampai mengikuti khatam Qur’an dan memperoleh ijazah mengaji walaupun sebenarnya saya belum sempat untuk menamatkan membaca Al-Qur’an sampai ayat terakhir. Oleh sebab itu sekarang saya bertekad agar sbelum saya dipanggil kembali oleh Allah SWT kepangkuanNya, saya bisa minimal satu kali saja menamatkan membaca Al-Qur’an. Kedisiplinan menjalani hidup dan menghargai waktu serta bagaimana menghargai orang lain disekitar juga diajarkan kepada saya sedari kecil, oleh sebab itu juga sekarang saya selalu berusaha untuk selalu menghargai orang lain baik itu lebih tua maupun lebih muda daripada saya. Karena menurut saya semua orang di dunia ini sangat sangat berhak untuk memperoleh penghargaan oleh orang lain terserah apakah dia itu muda atau lebih tua daripada kita, laki-laki maupun perempuan karena semua manusia itu sama derajatnya dihadapan Allah SWT hanya keimanan dan ketaqwaan mereka lah yang membedakannya dari orang lainnya.
Saya menjalani pendidikan di TK Cempaka Putih, kemudian melanjutkan ke SDN 07 Koto Tinggi Pandai Sikek, kemudian melanjutkan ke SMP 3 Sungai Pua. Selanjutnya saya melanjutkan pendidikan di SMA N 1 X Koto. Selama masa pendidikan saya termasuk siswa yang cukup berprestasi diantaranya sewaktu SD selalu masuk dua atau tiga besar, hanya beberapa kali waktu itu sempat turun hingga lima besar, sempat juga memperoleh satu kali memperoleh peringkat pertama di kelas. Kemudian pada waktu SMP pun saya selalu masuk tiga besar ataupun dua besar, selanjutnya ketika SMA Alhamdulillah saya selalu menjadi peringkat pertama di kelas mulai dari kelas X sampai tamat kelas XII. Hanya satu kali saja waktu kelas XI semester pertama nilai saya sempat menurun sehingga saya hanya menjadi nomor dua di kelas. Sama halnya dengan ketika saya pertama kali memperoleh peringkat pertama di kelas X SMA saya merasa agak kaget bahwa saya memperoleh peringkat pertama di kelas waktu itu, padahal menurut saya ketika itu teman-teman sekelas saya pintar-pintar semua dan yang paling lucunya lagi saya tidak hadir ketika pengambilan rapor pertama di SMA karena saya lupa waktu pengambilan rapor waktu itu sehingga saya pun mengetahui saya memperoleh peringkat pertama di kelas pertama kali dari teman-teman sekelas. Begitu juga ketika pertama kali saya memperoleh juara dua di kelas XI semester pertama itu, saya pun juga tidak dapat menyembunyikan kekagetan saya atas hasil yang saya dapat sehingga saya pun merasa kecewa dengan hasil tersebut. Akan tetapi dengan dukungan orang tua dan guru-guru di sekolah saya pun bangkit kembali dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi, hingga akhirnya pada semester dua kelas XI sampai saya menamatkan sekolah Alhamdulillah saya memperoleh peringkat pertama kembali. Setelah tamat, saya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Untuk masuk perguruan tinggi saya pernah mencoba mendaftar melalui jalur PMDK, namun Tuhan berkata lain dan saya pun tidak lulus lewat jalur tersebut. Saya pun sempat merasa kecewa, tetapi kekecewaan itu pun hilang karena saya terpilih untuk mendapat beasiswa untuk mengikuti ujian masuk perguruan tinggi atau yang lebih dikenal dengan BMU. Ketika mengisi formulir pendaftaran BMU ini pun saya tidak terlalu berharap lagi, apakah mau lulus atau tidak saya hanya memasrahkan nasib kepada yang maha pencipta. Sehingga ketika mengisi formulir pun saya terkesan asal-asalan saja, yang kemudian menyebabkan saya dipanggil kembali ke ruangan BK untuk memperbaiki pengisian formulir itu. Tak lama setelah kejadian itu, saya dan teman-teman lain yang ikut mengisi formulir BMU itu, dimana kami hanya terpilih tiga orang saja yaitu saya sendiri dari jurusan IPS dan dua teman saya dari jurusan IPA. Ketika pengumuman itu saya peroleh dari guru saya merasa sangat senang karena Alhamdulillah saya lulus, akan tetapi teman saya yang dua orang tadi tidak lulus. Dengan BMU ini saya tidak perlu membeli formulir lagi untuk mengikuti SNMPTN waktu itu, malahan saya di beri uang saku sebesar Rp 250.000 untuk bekal selama mengikuti ujian SNMPTN. Setelah lulus ujian masuk perguruan tinggi maka saya memperoleh Rp 2.500.000 lagi dengan rincian untuk biaya hidup dan uang kuliah selama satu semester. Ketika mengikuti ujian masuk perguruan tinggi saya memilih jurusan pendidikan bahasa Inggris sebagai pilihan pertama dan Teknologi Pendidikan sebagai pilihan kedua. Saya memilih pendidikan bahasa Inggris karena sewaktu SMA saya sangat suka dengan pelajaran bahasa Inggris, bahkan nilai bahasa Inggris saya lebih tinggi daripada nilai bahasa Indonesia. Hal ini menyebabkan saya ditertawakan oleh teman-teman, sampai salah seorang teman akrab saya berkata seperti ini “Bahaso planet dapek dek nyo , tapi bahaso nyo sorang indak do” , saya pun hanya bisa tersenyum mendengar kata-kata teman saya itu bahkan hingga sekarang pun ketika saya teringat dengan kata-kata teman saya tersebut saya pun tersenyum-senyum dibuatnya. Selanjutnya saya memilih Teknologi Pendidikan karena pada waktu saya mencoba ikut jalur PMDK saya membaca di buku panduannya bahwa jurusan Teknologi Pendidikan ini berkaitan dengan TIK sehingga membuat saya tertarik untuk mengambil jurusan ini, selain passing grade nya yang tidak terlalu tinggi waktu itu dan saya merasa mampu untuk mencapainya. Alhamdulillah saya pun lulus dan sekarang sudah kuliah di Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Padang.
Dalam keluarga sendiri saya termasuk anak yang tidak penuntut, saya akan menerima apa saja yang diberikan orang tua, namun tetap tergantung dengan kondisi, apabila bisa di diskusikan saya akan mendiskusikannya terlebih dahulu dengan ibu saya, hal ini dikarenakan saya tidak mau merepotkan orang tua saya, karena keluarga kami termasuk keluarga sederhana yang bisa dibilang keluarga dengan pendapatan rata-rata. Saya termasuk anak yang patuh dalam keluarga, tidak macam-macam, dan tidak pernah juga mencari-cari masalah dengan orang lain.
2.      Saya dan pergaulan
Saya pribadi termasuk orang yang susah dalam menjalin hubungan dengan orang yang baru dikenal, saya orangnya pendiam, tidak terlalu pandai berbicara dihadapan orang banyak, kurang dalam berorganisasi walaupun semasa sekolah dulu saya sering jadi ketua kelas dan notabene menjadi wakil kelas di dalam organisasi sekolah namun itu masih sangat kurang bagi saya. Namun seiring terjalinnya komunikasi saya adalah orang yang menyenangkan (kata teman-teman sepergaulan saya). Memang saya akui, komunikasi awal dengan orang yang pertama saya kenal sangat susah saya lakukan, hal ini dikarenakan saya orangnya tidak terlalu suka berbicara jika tidak ada gunanya dan tidak pada waktu yang tepat pula. Kalau sedang tidak ada pekerjaan misalnya tugas kuliah, mungkin orang lain lebih memilih untuk jalan-jalan keluar rumah, namun saya lebih akan memilih untuk berdiam diri dirumah, tidak melakukan pekerjaan, menghibur diri dengan menonton TV, kata orang tua saya itulah sebabnya kenapa saya tidak bisa melakukan komunikasi ringan dengan orang lain yang baru dikenal.
Dalam memilih teman, sebenarnya saya tidak terlalu pemilih, saya menerima berteman dengan siapa saja, tapi jika dalam pertemanan itu hanya sebatas untuk memanfaatkan salah satu pihak, saya sangat membenci pertemanan yang seperti itu, pertemanan ada saat senang dan susah, saat suka dan duka, dan selama ini saya rasa saya sudah melakukan yang demikian. Setelah seseorang berteman dengan saya maka saya akan mencoba untuk menerima dia apa adanya, menghargai teman itu, bahkan apabila teman-teman itu membuat saya merasa kesal dengan ulah mereka saya pun tidak bisa marah kepada mereka. Karena saya tidak mau memperpanjang masalah dengan seseorang yang telah menjadi teman saya, soalnya kalau dibiarkan masalah berlarut-larut maka bisa saja saya kehilangan teman-teman saya itu. Jadi dari pada saya kehilangan teman lebih baik saya memilih untuk lebih bersabar menghadapi tingkah laku teman-teman saya tersebut dan itu sudah menjadi prinsip dalam diri saya.
Dalam pergaulan saya paling tidak ingin seseorang menjadi susah karena ulah saya, serasa ada yang tidak enak di hati ini jika ada terjadi yang demikian, saya akan meminta maaf kepada orang tersebut. Saya termasuk orang yang loyal kepada pertemanan, selama saya mampu saya akan melakukan apa saja yang diperlukan dalam  pertemanan tersebut, namun saya juga termasuk orang yang mudah terluka, jika terjadi penghianatan terhadap pertemanan tersebut saya tidak segan-segan mengakhirinya bahkan saya tidak akan mau kenal lagi dengan orang yang demikian, dan Alhamdulillah saya belum pernah menemukan teman yang demikian. Dalam pergaulan saya tidak suka mencari-cari masalah dengan orang lain, atau bahkan sampai menyakiti hati orang lain karena saya memang tidak ingin bermasalah dengan orang lain  dan saya pun mudah terluka hatinya atau dalam bahasa minang sering dibilang Paibo hati. Maka dari itu saya tidak ingin menyakiti hati orang lain dan membuat masalah dengan orang tersebut. Saya selalu berusaha untuk menghormati dan menghargai orang-orang disekitar saya, termasuk kepada guru-guru saya dahulu walaupun saya tidak diajar oleh beliau lagi sekarang namun saya tetap menghormati dan menghargai mereka karena tanpa mereka saya bukanlah apa-apa. Mungkin sekarang saya tidak akan sesering dahulu lagi bertemu dengan para guru saya, tetapi saya akan selalu mengingat mereka semua dan apabila saya bertemu mungkin di jalan, di angkot, atau tempat umum lainnya saya selalu berusaha minimal untuk sekedar menyapa dan melemparkan senyum kepada mereka walaupun mungkin para guru saya itu sudah tidak ingat lagi dengan saya karena banyaknya murid yang pernah beliau ajari.
3.      Saya dan pandangan terhadap kehidupan
Saya termasuk orang yang tidak neko-neko dengan kehidupan yang dijalani, saya akan menjalani hidup apa adanya, tidak terlalu memiliki obsesi yang lebih tinggi dari apa yang bisa saya lakukan di hari tersebut mungkin terpengaruh pendidikan kesederhanaan yang diajarkan oleh orang tua. Soal materi saya termasuk orang yang hemat tetapi kadang-kadang bisa juga boros, namun saya tetap memperhitungkan kemana saja akan digunakan materi yang ada. Apalagi pada zaman sekarang ini kalau kita tidak pandai-pandai dalam memanage uang yang kita miliki maka kita tinggal menunggu saja lagi waktu "kebangkrutan" kita. Dalam kehidupan zaman sekarang semuanya sudah serba canggih, perkembangan teknologi semakin pesat saking canggih dan pesatnya kebanyakan orang sekarang sangat gila dengan teknologi baru. “Orang bilang zaman ini zaman edan”  begitulah kehidupan di zaman sekarang, apa-apanya selalu diukur dengan materi materi dan materi yang berlimpah. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, dimana masih banyak sekali orang kaya atau orang yang memiliki kelebihan daripada orang lain yang menganggap remeh orang yang kurang dari mereka. Padahal kelebihan yang mereka banggakan bukan lah milik mereka melainkan masih punya orang tuanya.
Sekarang banyak orang yang gila harta, buktinya kita lihat saja kasus-kasus korupsi yang terjadi pada saat sekarang ini. Pejabat-pejabat negara yang terhormat dengan sengaja ataupun tidak sengaja melakukan hal yang sangat tercela ini. Tanpa berpikir panjang mereka menggelapkan uang negara yang seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat ke dalam kantong-kantong mereka sendiri. Lebih miris lagi kenyataan zaman sekarang orang-orang yang melakukan hal tersebut hanya dihukum dengan hukuman yang ringan bahkan tidak tersentuh hukum sedikitpun, beda dengan rakyat biasa apabila melakukan kesalahan sedikit saja bisa dihukum seberat-beratnya. Bahkan zaman sekarang banyak pekerja seni atau lebih kita kenal dengan sebutan artis yang hanya menjual kontroversi saja agar menjadi terkenal, bukan karena karya-karya yang dibuatnya. Berkoar-koar di media tentang kasus yang mereka alami, saling melemparkan pernyataan, bahkan ada pula yang terang-terangan bertengkar dan adu jotos dalam sebuah acara yang ditayangkan langsung di televisi. Padahal mereka yang melakukan itu bukanlah orang yang tidak sekolah tetapi mereka itu merupakan orang-orang terpelajar. Dalam kasus ini dapat saya simpulkan bahwa kehidupan di zaman yang serba canggih sekarang ini rasa malu itu sudah sangat menipis, bahkan boleh dikatakan hampir hilang ataupun tidak ada lagi pada orang-orang tersebut.Gila memang, tapi mau apalagi sudah begitu kejadiannya sudah tidak bisa diapa-apakan lagi. Semuanya kita kembalikan kepada mereka yang berbuat, apakah mereka mau berubah kearah yang lebih baik atau tidak sedangkan kita hanya dapat memberikan saran dan nasehat saja.
4.      Saya dan masa depan
Meskipun pada saya tidak terlalu menuntut dalam kehidupan ini, namun dalam hidup ini saya harus mentargetkan apa-apa yang harus saya capai dalam jangka pendek, dan apa yang harus saya capai dalam jangka panjang.
Saya meniginkan masa depan saya cerah, apa yang telah direncanakan dapat tercapai, seperti: saya ingin menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi sesegera mungkin, sebisa mungkin pada tahun 2014 nanti saya sudah menamatkan S1 Teknologi Pendidikan saya dan mudah-mudahan target ini tidak meleset aamiin ya rabbal alamin. Kemudian setelah wisuda dan semua urusan di kampus selesai tidak jauh berbeda dengan teman-teman lainnya yaitu berusaha untuk mencari pekerjaan terlebih dahulu. Nah sambil menunggu mendapat pekerjaan, saya akan berwirausaha terlebih dahulu bersama dengan salah seorang paman/mamak saya yaitu dengan mengembangkan usaha tenunan yang telah dirintisnya. Disini saya akan belajar untuk menghasilkan tenunan/songket yang lebih berkualitas, mengembangkan alat tenun yang nantinya akan lebih memudahkan seseorang untuk menggunakannya dan tentu saja akan menghasilkan tenunan/songket yang berkualitas, bagaimana mengulas benang, dan yang paling penting yang selama ini kurang terperhatikan oleh mamak saya itu ialah bagaimana cara memasarkan hasil tenunan atau songket yang berkualitas tadi agar hasil penjualan meningkat. Selama ini ia hanya berpromosi dari mulut ke mulut saja, untuk itu harus ditingkatkan lagi promosinya misalnya saja dengan membuatkan blog khusus sebagai salah satu media untuk mempromosikan produk secara lebih luas. Dimana selama ini paling jauh pemasaran dari tenun/songket yang dilakukan baru sebatas kota padang, nah dengan promosi lewat blog tadi maka pemasaran diharapkan akan menjadi lebih luas karena bisa diakses oleh orang dimana saja dan kapan saja. Kemudian ketika saya sudah mendapatkan pekerjaan nantinya urusan wirausaha tadi tidak akan begitu saja saya tinggalkan. Karena usaha yang telah dirintis tak boleh begitu saja terhenti, saya akan berusaha membagi waktu untuk pekerjaan dengan usaha saya nantinya. Untuk itu mungkin nanti saya tidak akan mencari pekerjaan yang terlalu menyita waktu dan membatasi saya, misalnya saja dengan menjadi guru ataupun tenaga pengajar lainnya sehingga waktu luang saya masih banyak nantinya dan waktu luang itu dapat dipakai untuk mengurus usaha yang dirintis tadi.
Setelah saya dapat memenuhi kebutuhan sendiri saya berencana untuk membahagiakan orang tua, agak beda sedikit dengan niat kebanyakan orang yang mana ia ingin memberangkatkan orang tua nya naik haji ke Mekkah. Mungkin untuk hal itu pun saya juga menginginkannya, akan tetapi saya juga harus realistis bahwa keinginan tersebut agak susah tercapai karena banyak faktor yang mempengaruhinya seperti dananya yang besar, quota haji yang dikurangi,belum lagi lama menunggu kita untuk dipanggil karena yang mendaftar haji sangat banyak dan lainnya. Hal yang ingin saya lakukan ialah berkurban atas nama orang tua saya,  hal ini lah yang paling realistis diwujudkan dalam waktu dekat setelah saya memiliki penghasilan sendiri. Namun apabila saya diberi rezeki berlebih nanti, saya juga ingin memberangkatkan orang tua saya naik haji atau minimal pergi umrah.Kemudian tentu saja saya sangat ingin untuk melaksanakan Sunnah Rasul yaitu untuk membina sebuah rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Saya akan membina sebuah keluarga kecil dengan jumlah anak Insyaallah sesuai dengan anjuran pemerintah yakni dua anak saja cukup.

1 komentar:

refkifernando mengatakan...

ini curhatan pertama juga deh kaya'nya yg diposting, sebelumnya g ada

Posting Komentar